Sekadau Kabupaten di Timur Kalimantan Barat yang Kaya Sejarah Tradisi dan Sumberdaya Alam
|
Kota yang namanya terambil dari "Batang Adau". Sealir sungai yang memintas kota itu dahulu kala di mana banyak tumbuh pohon-pohon adau di sekitarnya. Kabupaten yang kini wilayahnya berada di timur provinsi Kalimantan Barat. Sarat dengan sejarah tradisi serta kaya dengan sumber daya alam (SDA)-nya.
|
Sekadau syahdan berasal dari nama sejenis pohon yakni “adau” yang tumbuh subur di sekitar muara sungai Sekadau tempo dulu. Adau adalah jenis pohon yang kuat. Amat baik terutama untuk membuat badan alat musik tradisional Dayak, sape.
Kini Sekadau salah satu kabupaten di wilayah timur Kalimantan Barat. Posisinya cukup strategis. Hal itu karena Sekadau dilintasi oleh jalur transportasi segitiga. Yaitu badan jalan yang menghubungkan Sekadau dengan wilayah Nanga Taman dan Nanga Mahap yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ketapang.
Boleh dikatakan Sekadau suatu wilayah strategis. Lokus yang dilewati oleh jalur menuju ke kota maupun pedalaman. Jalur kota transportasinya ke Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu. Sedangkan jalur ke pedalaman menghubungkan ibukota kecamatan, bahkan hingga Senaning wilayah perbatasan dengan Malaysia.
Sejarah
Kabupaten Sekadau beribukotakan Sekadau. Jumlah penduknya sebanyak 217. 468 jiwa (2022) menurut sumber resmi setempat (https://disdukcapil.sekadaukab.go.id/jumduk). Etnis mayoritas kabupaten Sekadau adalah Dayak, Senganan, Tionghoa, dan Jawa. Adapun agama yang dianut mayoritas penduduk adalah agama Katolik, Kristen Protestan, Islam, dan Kong Hu Cu.
Luas Kabupaten Sekadau 5.444 km². Atau 3,71% dari luas Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sekadau terbagi dalam 76 desa dan 7 kecamatan. Yakni Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Belitang, Kecamatan Belitang Hilir, dan Kecamatan Belitang Hulu Kecamatan Nanga Mahap, dan Kecamatan Nanga Taman.
Bupati Sekadau pada waktu ini adalah Aron, S.H. (sejak 10 Juni 2021). Wakil Bupati Sekadau adalah Subandrio, S.H., M.H. Pasangan bupati/wakil Bupati Sekadau ini adalah yang ke-3 sejak Kabupaten Sekadau terbentuk, terpisah dari kabupaten induknya, Sanggau sejak 18 Desember 2003 yang ditetapkan sebagai hari resmi berdirinya kabupaten ini.
|
|
Kerajinan masyarakat di Sekadau yang cukup terkenal adalah Tenun Mualang. Yakni kain tapeh dengan motif kain Engkerebang, Pangit, dan lain-lain. Terdapat pula kerajinan anyam Tangoy yang berpusat di daerah Menawai Lingkau. Adapun kerajinan anyaman seperti bakul, terdapat di daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap.
Situs sejarah
Kabupaten Sekadau juga kaya akan wisata sejarah, antara lain Lawang
Kuari. Objek wisata sejarah ini unik karena untuk ke sana harus
menyeberangi Sungai Kapuas lebih dahulu menggunakan speed boat. Kita bisa menikmati
pemandangan bahari, sembari menyusuri sungai Kapuas ditingkah gelombang pasang. Suatu keinkmatan yang tiada duanya. Pada era Kerajaan Sekadau, Lawang Kuwari digunakan oleh
Pangeran Agong untuk persembunyian sekaligus pertapaan.
Lawang Kuwari ini salah satu objek wisata sejarah andalan Sekadau. “Kita
sengaja membangunnya, sedemikian rupa, agar orang mengenal Sekadau dari tempat
ini. Selain museum hidup, Lawang Kuwari merupakan representasi dari sejarah Sekadau di masa
lampau,” terang Paulus Misi, yang semasanya menjadi Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sekadau dengan sungguh dan sepenuh hati membangun kawasan ini.
Masih banyak situs sejarah di wilayah Kabupaten Sekadau yang belum sepenuhnya tergali secara ilmiah akademik, misalnya situs bersejarah Batu Bertulis.
Jika tersedia dana penelitian, dapat dilakukan dengan tes C-5 atau karbon sebagaimana dilakukan Muzium Sarawak bekerja sama dengan Inggris yang meneliti asal usul manusia Borneo di Gua Niah, Miri yang diketahui sudah ada sejak 40.000 tahun yang silam.
Sekadau sangat kaya akan warisan sejarah, terutama masa pra-sejarah, sejarah, zaman pengaruh Hindu-India, zaman Hindu-Jawa, masuknya pengaruh Islam di kerajaan-kerajaan dan kesultanan Sekadau, hingga zaman prakemerdekaan. Termasuk di dalamnya situs asal usul kerajaan Sekadau, Keraton Sekadau pada ketika ini dan situs sejarah Lawang Kuwari.
Kini di masa Aron Bupati Sekadau, kembali nama “Lawang Kuwari” mengemuka. Bahkan, menjadi semacam ikon. Sekaligus tanda bahwa bumi Lawang Kuwari adalah Sekadau di masa lampau. Terminal, pasar rakyat, air mancur, bahkan tempat-tempat umum diberi nama “Lawang Kuwari”.
Selain Lawang Kuwari, terdapat pula destinasi wisata lain di
Sekadau yakni Batu Tinggi, Lawang Siti, Batu Kenyalau, Batu Nyaut, dan Palak
Kaba '. Yang terakhir ini unik sebab dahulu kala merupakan tempat penyimpanan
tengkorak hasil kayau yang lokasinya berada di Tembawang Gumah Lanau Desa Landau Kodah,
Kecamatan Sekadau Hilir.
|
|
Dari mana penduduk Sekadau berasal?
Dihikayatkan bahwa asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan Dara Nante yang di bawah pimpinan Singa Patih Bardat dan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan ke hulu sungai Kapuas. Rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku Kematu, Benawas, Sekadau, dan Melawang. Sedangkan rombongan Patih Bangi adalah leluhur suku Dayak Melawang yang menurunkan raja-raja Sekadau.
Kerajaan Sekadau mula-mula berada di daerah Kematu. Suatu wilayah yang kini sekitar 3 kilometer berada di bagian hilir Rawak. Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong. Ia memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong.
Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya bernama Pangeran Kadar. Karena Kecewa bukan dirinya yang ditunjuk menjadi raja maka Pangeran Agong meninggalkan Sekadau. Ia pergi ke bagian hilir sungai Kapuas ke wilayah Lawang Kuwari. Suatu situs sejarah yang kini menjadi destinasi wisata sejarah di Sekadau.
Adapun Pangeran Senarong kemudian
menurunkan para pewaris kerajaan Belitang di kemudian hari.
Setelah Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota
Pangeran Suma. Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam
pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah.
Itu sebabnya, pada masa pemerintahannya, agama Islam berkembang pesat di kerajaan Sekadau. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara. Ketika itu didirikan di sana masjid kerajaan. Kompeni Hindia Belanda pada masa ini pula tiba di ke kerajaan Sekadau.
Setelah wafat, Pangeran Suma digantikan oleh putra mahkota Abang Todong bergelar Sultan Anum. Penggantinya adalah Abang Ipong bergelar Pangeran Ratu. Ia bukanlah keturunan raja, tetapi naik takhta karena putra mahkota pada waktu itu belum cukup dewasa.
|
|
|
Ketika putra mahkota dewasa, ia dinobatkan menjadi raja. Baginda yang bergelar Sultan Mansur ini memerintah Kerajaan Sekadau. Selanjutnya tampuk kekuasaan dipangku oleh Gusti Mekah bergelar Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara. Hal itu karena putra mahkota, Abang Usman, belum dewasa. Abang Usman ketika itu dibawa ibunya ke Nanga Taman sehingga tidak diketahui kisahnya setelah itu.
Kisah awal mula cerita bahwa penduduk Sekadau satu asal, kiranya tidak dapat untuk dipungkiri. Bahwa kemudian hari, terutama setelah datangnya pengaruh feudatori dari Jawa terjadi pemilahan secara agama dan kepercayaan antara penduduk Sekadau dan sekitarnya, hal itu karena faktor politik yang mewajibkan penduduk sama keyakinannya dengan pemimpinnya. Akan tetapi, diakui bahwa asal mula penduduk Sekadau satu dan sama. Antara lain hal itu terbukti dari tembawang (tanah adat/ bekas hunian tempat tinggal) yang sama, tidak bisa untuk dipungkiri.
Pasca pemerintahan Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara maka Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara dinobatkan naik tahta. Akan tetapi, oleh kompeni Hindia Belanda, panembahan dan keluarganya diasingkan ke Malang, Jawa Timur. Ia didakwa telah menghasut para tumenggung untuk melawan kompeni Hindia Belanda. Sebagai hukumannya, ia diasingkan.
Akal-akalan kompeni Hindia Belanda itu memberikan kesempatan kepada Panembahan Haji Gusti Abdullah untuk diangkat sebagai wakil panembahan dengan gelar Pangeran Mangku. Ia dipersilakan oleh kompeni Hindia Belanda untuk menempati keraton. Namun, tidak lama setelah penobatannya, Pangeran Mangku wafat. Ia digantikan oleh Panembahan Gusti Akhmad. Raja Sekadau selanjutnya adalah Panembahan Gusti Hamid yang diteruskan oleh Panembahan Gusti Kelip.
Malangnya, pada tahun 1944, Gusti Kelip menjadi korban
kekejaman pendudukan Jepang. Tragedi Mandor, yaitu “sungkup” telah
menghilangkan sejumlah tokoh dan penguasa Borneo Barat ketika itu.
Maka pihak Jepang pun dengan leluasa mengangkat Gusti Adnan sebagai penguasa kerajaan Sekadau dengan gelar Pangeran Agung. Sang pangeran berasal dari Belitang. Bersama Gusti Kolen dari kerajaan Belitang, Gusti Adnan pada Juni 1952 menyerahkan administrasi kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta. Sekadau sejak waktu itu tergabung dalam wilayah administratif Kabupaten Sanggau. Hingga dengan pemisahannya menjadi kabupeten mandiri pada tahun 2003.
Sekadau Kini
Ada pepatah, “No man is an island”. Artinya, manusia bukanlah seperti pulau statis yang tidak berdinamika dan mengalami transformasi. Dari masa ke masa, Sekadau mengalami perubahan, tentunya perubahan ke arah yang semakin baik.Semula,
Sekadau adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Sanggau. Pemerintahan
Kabupaten Sekadau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di
Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sekadau adalah wilayah pemekaran dari
Kabupaten Sanggau, sehingga sejak Tahun 2003 resmi menjadi kabupaten yang baru
dan mandiri dengan nama Kabupaten Sekadau.
|
Pada waktu ini (2023), kepala daerah (Bupati) Kabupaten Sekadau adalah Aron, S.H. Ia merupakan bupati Sekadau yang ke-3. Sebelumnya, bupati Sekadau adalah Rupinus (2016-2021 ) dan Simon Petrus (200502010).
Topografi, demografi, transportasi, kondisi sosial dan ekonomi penduduk Kabupaten Sekadau dan Kabupaten tetangga sangat kondusif bagi pendirian perguruan tinggi baru. Kabupaten ini sangat strategis karena dilalui jalur jalan negara dari Pontianak hingga Putussibau sepanjang kurang lebih 800 km yang kondisi jalannya cukup baik dan beraspal.
Sementara daerah Tiga Belitang berbatasan dengan Senaning,
Kabupaten Sintang dan Sarawak, Malaysia Timur. Integrasi sosial di Kabupaten
Sekadau berjalan baik, tidak pernah terjadi clash sosial sepanjang
sejarah. Kebanyakan penduduk berprofesi sebagai petani, pegawai, karyawan, dan
wirausaha.
Dilihat dari sisi
demografi, mayoritas penduduk Kabupaten Sekadau adalah etnis Dayak. Mereka
terbagi dalam sub-sub suku antara lain, Dayak Mualang (Ibanik Group), Dayak
De’sa, Dayak Tempunak, Dayak Ketungau Tesaek (Ibanik Group), Dayak Kerabat,
Dayak dan Jawant.
Penduduk terbanyak selanjutnya adalah Senganan (yang kerap disebut sebagai Melayu), Tionghoa, dan Jawa karena transmigrasi dan pegawi negeri. Dengan demikian, meski mayoritas
|
Sekadau Nanti
Bagi yang ingin wisata sejarah, masih banyak peninggalan pendidikan di masa lampau di Sekadau. Sejak 1970-an, Sekadau adalah kota pelajar. Banyak siswa menuntut ilmu di sini. Mereka datang dari berbagai penjuru darah dan pelosok Kalimantan Barat.
Kini berdiri sebuah perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) di Sekadau. Keberadaan perguruan tinggi swasta ini, cukup menghibur. Sekaligus membuat orang tua ingin kembali datang ke Sekadau, mengantar anak mereka kuliah, sembari bernostalgia.
Dengan dibangunnya kampus baru (ITKK) di kawasan Penanjung, tak jauh dari jembatan Sungai Sekadau menuju Sintang, semakin membuat Sekadau sebagai destinasi wisata. Sebab biasanya hadirnya suatu perguruan tinggi akan mengundang datang tamu dari luar kota.
Para tamu dan orang tua mahasiswa akan bermalam di penginapan dan hotel, makan dan minum, membei oleh-oleh, dan berbelanja. Dengan demikian, perguruan tinggi seperti
|
Sekadau semakin prosepek karena posisinya yang strategis. Kota yang berpusat di muara Sungai Sekadau ini berada di antara kabupaten penghubung lainnya di wilayah hulu Sungai Kapuas seperti kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu. Menjadi jangkar dengan kabupaten tetangga di hilir sungai Kapuas seperti Kabupaten Sanggau dan Landak.
Selain kaya akan wisata sejarah dan nuansa alam, Sekadau di masa datang adalah juga wisata edukasi. Sebuah kota pelajar, dengan aneka kuliner, kost, dan kontrakan. Hal yang pasti adalah tumbuh suburnya kafe dan restoran yang kini mulai bertaburan di mana-mana.
Perkembangan Sekadau juga didukung oleh wilayahnya yang luas. Pengembangan kota kini bisa berada di dalam ring road Jalan Sanggau - Rawak - Keling Kumang - Pananjung. Di masa-masa yang akan datang pusat kota adalah lingkaran dalam ini. Lalu akan berkembang ke wilayah Penanjung - Puskesmas - Kantor Bupati Sekadau.
Sekadau juga dicita-citakan akan menjadi kota-pelajar kembali sebagaimana terjadi era 1970-1990-an. Di mana pada waktu itu berbondong-bondong orang di luar Sekadau di wilayah Kalimantan Barat menuntut ilmu, sekolah ke Sekadau. Sekadau bukan saja menjadi ramai dengan lautan manusia, melainkan tumbuh menjadi sebuah pusat yang menggeliatkan berbagai sektor ikutannya, seperti: pemondokan, asrama, kost, warung, kuliner; serta bidang jasa lainnya juga. Apalagi sejak 2020 berdiri di Sekadau sebuah perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) yang kampusnya sedang dirampungkan di bilangan Penanjung, tak jauh dari jembatan Sungai Sekadau
Toh Sekadau kota pelajar-kembali bukan mimpi, melainkan akan jadi kenyataan. Ketika ini, berbagai pemangku kepentingan dan tokoh serta pemimpin Sekadau bahu-membahu, bekerja sama seia sekata agar Sekadau terdepan dan meningkat kualitas SDM-nya. Sebab faktanya kini, Sekadau berada pada urutan ke-2 dari bawah (ke-14) dalam senarai IPM terendah dari 14 kabupaten/ kota di Kalimantan Barat.
Untuk itulah berbagai pihak terus berupaya, bagaimana mendongkrak IPM Sekadau. Berikut mendongkrak dinamika perekonomian, terutama ekonomi kreatifnya. Tanda-tanda ke arah itu mulai tampak. Di mana-mana telah tumbuh dan menjamur kafe, restoran, pemondokan, kost, serta aneka jajan dan kuliner.
|
Kini Sekadau bagaikan gadis remaja. Ia tumbuh bukan saja cantik, melainkan juga seksi. Sedemikian rupa, sehingga Sekadau menimbulkan daya tarik bahkan jadi bahan rebutan banyak orang.
Tanah-tanah di Sekadau dan sekitarnya mulai tinggi harganya. Semua mengantisipasi Bumi Lawang Kuwari tumbuh menjadi sebuah destinasi. Kota bukan hanya ada dalam legenda, melainkan nyata di dunia dengan segala kemegahan dan kenikmatan yang ditawarkannya.
Sekadau kian maju dan berkembang
Untuk mengembangkan Sekadau sebagai kabupaten yang dilintasi oleh pusat ibukota Provinsi Kalimantan Barat hingga perbatasan Pos Lintas Batas (PLB) Badau di Kapuas Hulu, saat ini Pemkab Sekadau dan pihak sasta terus menggeliatkan beberapa langkah strategis berikut:
Meningkatkan infrastruktur jalan dan transportasi untuk mempermudah aksesibilitas ke daerah ini. Ini akan membantu dalam pengembangan ekonomi, pariwisata, dan perdagangan.
Menyediakan fasilitas logistik yang baik untuk mendukung perkebunan dan industri lokal. Membangun jaringan listrik dan komunikasi yang handal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Mendukung pengembangan industri makanan dan minuman lokal dengan mengadakan pelatihan bagi warga setempat dan pengusaha kuliner. Mendorong promosi makanan khas daerah untuk menarik wisatawan kuliner.
Mendorong investasi dalam industri properti, khususnya hotel dan restoran, untuk meningkatkan kemampuan akomodasi bagi pengunjung.
Memberikan insentif kepada pengusaha yang ingin berinvestasi di sektor ini.
Meningkatkan produktivitas perkebunan lokal dengan memberikan pelatihan dan bantuan teknis kepada petani.
Mempromosikan produk pertanian dan perkebunan Sekadau secara nasional maupun internasional.
Terus mendukung pertumbuhan Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) dengan penyediaan dana dan fasilitas yang memadai. Selain itu, perlu memperluas program-program akademik yang relevan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja lokal dan regional.Membangun kemitraan dengan industri untuk memastikan lulusan ITKK memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar.
Memanfaatkan keindahan alam dan budaya Sekadau untuk mengembangkan pariwisata. Mempromosikan trekking, wisata alam, dan wisata budaya. Membangun infrastruktur pariwisata yang aman dan nyaman bagi pengunjung.
Memastikan pengembangan Sekadau berkelanjutan dengan memperhatikan dampak lingkungan. Menggalakkan praktik pertanian dan perkebunan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam.
Memberikan pelatihan keterampilan kepada warga lokal untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja.
Mencari kemitraan dengan pihak swasta dan lembaga keuangan untuk mendukung proyek-proyek pengembangan
Mempromosikan Sekadau sebagai tujuan investasi dan pariwisata yang menarik melalui kampanye pemasaran yang efektif.
Memastikan adanya tata kelola yang baik dan transparansi dalam penggunaan dana publik serta kebijakan pembangunan.
Dengan implementasi langkah-langkah ini dan kerja keras serta kolaborasi semua pihak, Sekadau memiliki potensi besar untuk berkembang di masa depan dan menjadi pusat ekonomi dan pendidikan yang penting di Kalimantan Barat. (Rangkaya Bada)